My Motto

Terkadang seseorang yang datang dan selalu membuat kita menangis setiap hari .
orang itulah justru yang sayang pada kita.

Kamis, 21 Februari 2013

CInta Anak Muda


Memang benar adanya, perasaan yang impulsif itu hanyalah sesuatu yang singkat. Namun kadang kita tak sadar betapa singkatnya saat segala sesuatu tampaknya sudah terlambat. Dikatakan singkat pun mungkin kurang tepat karena pada akhirnya singkat itu hampir satu tahun.

Semua terjadi saat aku bertemu dengan Citra. Mengenal dia di kampus karena kita mengambil jurusan yang sama. Setahun mengenalnya terasa biasa saja. Jauh lebih dekat dengannya aku mencari cara untuk tahu seperti apa sebenarnya Citra ini. Kurasa dia memang pekerja keras, dalam kerja kelompok pun aktif. Berbeda dari yang lain mungkin. Entah aku hanya tertarik atau seperti apa, aku memcoba peruntunganku. Tak apa kan sekedar menyatakan rasa suka dan kagum. Ternyata kata “iya, aku juga” terucap dari bibirnya.

Mungkin memang aku orang paling beruntung di dunia ini, mungkin juga tidak. Tapi saat ini setelah segala sesuatu yang pernah terjadi aku merasa menjadi orang terbodoh di dunia ini.

Citra dan aku perlahan semakin dekat, terasa saling membutuhkan. Citra, mengisi hariku. Si pekerja keras ini bahkan membantuku menjaga toko yang dimiliki keluargaku. Betapa baiknya dia. Sampai satu titik aku merasa beberapa point di hidupku berubah.
Perlahan aku sadar, aku tak bisa mengikuti gaya hidupnya. Citra yang kurasa pekerja keras, ternyata tidak semandiri yang aku bayangkan. Selalu minta diantar jemput, marah di saat aku mengatakan aku tak bisa. Selalu aku yang membayar segalanya untuk dia.

Citra, aku bukanlah anak orang kaya, sadarlah sedikit. Aku memang mampu mencukupi kebutuhanku, namun aku belum mampu untuk menanggung kita berdua. Memang aku mempunyai toko dan menjaga toko itu, namun itu usaha keluargaku. Aku tak semampu yang kamu kira.

Citra, sayangku. Aku bodoh. Dulu di saat aku menganggap kamu sempurna, kamu hebat, kamu pekerja keras, kamu yang kupikir akan menjadi yang terakhir. Ternyata semua hanyalah bualan imajinasiku. Aku tak mampu menghadapi maumu.
Kupikir awalnya memang aku sayang padamu. Kupikir memang begitu, nyatanya semakin aku tahu maumu, semakin aku muak dengan keberadaanmu. Ego yang harus dipenuhi, harapan yang tak kesampaian untukmu, ledakan amarah yang tak beralasan. Di satu sisi aku tak merasa kau mau menerima keadaanku, kau tak paham sampai sejauh mana batas toleransiku. Dulu kupikir aku cinta padamu, dulu kupikir aku sayang padamu, kupikir kamulah yang terakhir.

Semua berbalik menusuk diriku sendiri, saat pertengkaran terakhir kita.

“Citra, aku gak bisa gini terus. Kamu tahu sendiri rumah kamu tuh jauh banget. Aku mesti ke toko, ngurus urusan toko sama papa.”

“Tapi kamu kan emang janji mau jemput aku.”

“Iya aku tahu, tapi aku juga udah pernah bilang gak akan selalu bisa jemput.”

“Iya, tapi kamu sendiri bisa kan bilang ke aku kalo telat atau gimana.”

“Aku juga sibuk. Kalo bisa juga aku langsung kasih tahu kamu, sayang!” Kata sayang itu tak menunjukkan rasa sayang sama sekali. Aku sedikit banyak muak dengan pertengkaran seperti ini.

“Citra, kamu tuh bukan istri aku. Aku gak bisa nanggung keadaan kita berdua. Kita masih kuliah.” Aku berusaha menjelaskan.

Citra diam. Sesaat dia menggumamkan satu kalimat dengan suara pelan, “Bukankah kamu sendiri yang memperlakukan aku seperti istri kamu.”


Oh SNAP! Bodoh…

Itu terjadi tahun baru kemarin, kita berdua terbawa suasana. Mungkin karena aku juga yang ingin mencoba-coba. Di saat suasana mendukung, mengapa tak mencoba membawanya lebih jauh. Citra, kupikir kamu yang terakhir. Nyatanya akulah yang menarik segala pandangan bodoh itu sekarang.

“Ray, lebih baik kita berhenti sampai di sini aja. Kurasa kamu memang tak bisa menyayangiku dengan seimbang, seperti rasa sayangku padamu. Lebih baik sampai di sini.”

Aku rasanya ingin tertawa, menertawakan kebodohanku sendiri. Aku yang berusaha bertahan dengan mengatakan bahwa dia yang terakhir. Namun akhirnya aku kehilangan semuanya. Karena akulah yang menjalani hubungan ini dengan membohongi diriku sendiri.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar