My Motto

Terkadang seseorang yang datang dan selalu membuat kita menangis setiap hari .
orang itulah justru yang sayang pada kita.

Jumat, 22 Februari 2013

Video Home Michael Buble

Obiet I'm Yours (akustik)

Lagi santai obiet, meski statusnya bukan Idola cilik, namun suaranya makin bagus, ditambah permainan gitarnya. selamat menikmati

Obiet - Sahabatku

Ini lagu dialbum obiet setelah selesai dari Idola Cilik. bagus banget dengan iringan keyboard

Kamis, 21 Februari 2013

Cinta Tulkiyem


Perempuan itu bernama Tulkiyem. Malam ini, seperti malam kemarin dan enam malam sebelumnya. Perempuan itu terduduk lesu menghirup bau keringatnya sendiri di salah satu sudut keremangan ibukota. Dia tak sendiri, di sampingnya seorang lelaki bukan suaminya berdiri menatap langit hitam yang kelam.

"Hampir empat tahun kau hidup dengannya. Apa yang telah dia berikan kepadamu?", tanya lelaki itu kepadanya.

"Apa lagi yang kau pikirkan? menikahlah denganku. Kuakui, aku bersalah karena telah meninggalkanmu. Kini, ijinkan aku untuk membayar kesalahanku, Yem!", pintanya. Mereka saling bertatapan sejenak sebelum akhirnya perempuan itu menundukkan kepalanya. Dan, airmatanya pun jatuh.

Setelah beberapa lama, perempuan itu berdiri membalikkan punggung lalu melangkah pergi meninggalkan lelaki itu. Sepanjang jalan batinnya tak henti menjerit meratapi liku-liku kehidupannya. Di satu sisi, dia menginginkan kehidupan yang lebih layak dengan lelaki itu. Di sisi lain, dia tak ingin menodai cita cintanya untuk menjadi istri yang baik yang berbakti kepada suaminya.

Cintanya pada lelaki itu tak lekang oleh waktu. Seperti cintanya Juliet pada Romeo. Perempuan itu adalah anak seorang guru sejarah yang meninggal karena ikut demo guru honorer padahal beliau sedang sakit. Tak ada apapun yang ibunya wariskan kecuali semangat hidup. Dia akan selalu ingat saat ibunya menceritakan kisah-kisah sejarah tentang Cut Nyak Dien, R.A. Kartini, Dewi Sartika dan perempuan-perempuan hebat lainnya. Mereka adalah perempuan-perempuan cantik dalam arti yang sesungguhnya.

Setibanya di rumah, perempuan itu membaringkan tubuhnya di sisi anaknya yang tertidur pulas. Sepertinya, suaminya tak pulang malam ini. Mungkin belum dapat cukup rupiah. Memang tak mudah mengais rupiah di atas tumpukan sampah. Dia memandangi wajah anaknya cukup lama lalu memeluknya. Anaknya lelaki, usianya baru dua setengah tahun. Jauh di dalam lubuk hatinya, ada rasa takut bila suatu saat nanti bocah kecilnya itu akan mengikuti jejak bapaknya. Apa jadinya bangsa ini?

Tok.Tok.Tok.

"Mas Paimin?", tanya perempuan itu pada seseorang di luar.

"Ini aku!", sahutnya. Perempuan itu kaget. Suara parau itu bukan milik suaminya. Dia bergegas membuka pintu.

"Mas, ngapain ke sini?", tanyanya gugup sedang lelaki itu tak mengucapkan sepatah katapun.

"Ini sudah larut mas. Nggak enak dilihat orang. Aku tak bisa mengambil keputusan secepat itu. Pulanglah, besok aku akan memberimu jawaban!", pintanya pada lelaki itu.

"Mana suamimu?", ucapnya lirih dengan mata sedikit basah.

"Suruh dia ke luar!"

"Sssst! mas, jangan teriak! anakku sedang pulas."

Lelaki itu menarik nafas dalam-dalam.

"Suami macam apa yang membiarkan istri dan anaknya hidup di atas tumpukkan kardus!"

"Ini rumahku, rumah kami!"

"Rumah! tempat seperti ini kau sebut rumah. Menikahlah denganku dan akan kutunjukkan apa itu rumah."

"Cukup...!", bibir perempuan itu bergetar. Perlahan airmatanya membasahi pipinya yang lesung.

"Yem, aku..."

"Mas, kuminta mas pergi dan jangan pernah datang lagi!"

"Yem! kamu perempuan terpelajar. Tak pantas kamu hidup seperti ini."

"Iya, tapi lebih tidak pantas lagi bila aku mengkhianati suamiku. Jangan salahkan suamiku atas apa yang telah menimpaku. Dia suami yang baik. Beberapa tahun lalu, keadaan ekonomi kami baik-baik saja. Tapi, semuanya berubah setelah kabar penggusuran itu sampai di telinga kami. Rumah kami digusur. Beberapa bulan kemudian, lapak dagangan suamiku diporak-porandakan Satpol PP. Lalu, dalam keadaan seperti itu kami harus merelakan motor kami dicuri orang. Aku bersyukur suamiku tak gelap mata dan melakukan hal serupa yang dilakukan oleh pencuri itu. Kau tak berhak memaki suamiku!"

"Yem, aku... maafkan aku. Bukan maksudku seperti itu. Hanya saja apa tanggapan orang-orang di kampungmu kalau sampai mereka tahu kembang desa mereka bersuamikan pemulung kota."

"Mas! Aku mencintai suamiku seperti aku mencintai bangsa ini. Bagiku, mengkhianati suami sama halnya dengan mengkhianati bangsa ini."

"Iya dan karena itu aku membenci suamimu seperti aku membenci para pemimpin bangsa ini yang mengingkari sumpahnya sendiri dan tak menepati janji untuk memberikan hak-hak hidup layak bagi perempuan-perempuan sepertimu!"

"Hey! kau benci saja orang-orang yang kau maksud itu, tapi jangan suamiku!"

Dengan sedikit kesal lelaki itu membuang muka. Percakapan mereka terhenti. Dia menarik nafas.

"Baiklah. Aku pergi!", ucapnya lalu melangkah pergi.

"Mas! Kau benar-benar mencintaiku?", tanya perempuan itu. lelaki itu menghentikan langkahnya.

"Ya!", jawabnya.

"Benar, kau membenci orang-orang seperti yang kau maksud itu?", tanya perempuan itu lagi.

"Ya!"

"Buktikan padaku!"

*****

Keesokan harinya, suami perempuan itu pulang membawa senyuman di bibirnya. Ada kabar gembira, seorang lelaki yang baru ia kenal menawarkan sebuah pekerjaan. Dengan bahagianya ia menceritakan perkenalannya dengan lelaki itu.

Lalu, perempuan itu tersenyum penuh bahagia karena Lelaki dari masa lalu itu telah memenuhi janjinya, membuktikan ucapannya. Andai para pemimpin bangsa ini seperti lelaki itu.

Postingan Lama